Inilah pemandangan umum pada zaman gadget: orang-orang mengirim dan menerima surel sembari mengetik BBM dan WhatsApps, update status di Twitter, Facebook, dan Path, dan secara simultan mengecek perkembangan dunia di situs berita online. Bisa dibilang, manusia zaman digital lebih sengsara bila fakir sinyal ketimbang fakir miskin. Mereka berpacu dengan kecepatan dan kadang terpeleset oleh ketepatan.
Gadget memaksa orang berpikir dan bertindak paralel. Orang-orang yang tak siap akan hanyut ke dalam kedangkalan, serbapraktis, dan serbamanja. Kena galau setitik rusak move on sebelanga.
Melalui buku ini, Pak Guru Gokil, sang pendidik di era digital tak lagi menjadikan ruang kelas sebagai laboratorium eksperimen pendidikannya. Ia mengepakkan sayap ke berbagai penjuru dunia, menjahit kisah-kisah heroik manusia yang gigih berusaha melawan kerasnya dunia. Tahap demi tahap tanpa mengagungkan keinstanan layaknya kebiasaaan masyarakat digital. Dan inilah hakikat pendidikan yang sesungguhnya, ketika manusia mampu menerima dan menghadapi situasi terpelik yang mengikis semangatnya.