Dengan suara lemah dia bertanya kepadaku, «Mama…sa … yang nggak sama Nila? Aku mengangguk. Mataku menghangat dan basah. Nila tersenyum tipis.
“Nila juga sayang Mama,” suaranya semakin melemah. Dengan air mata yang perlahan terus menetes kubisikkan di telinganya, «Kalau Nila sayang Mama, ayo Nila terus berzikir … ayo Sayang ….» «La … ilaha illallah … la … ilaha illallah ….» Nila terus mendesis, berbisik lirih. «La… ila ha illallah.. Allah.. Allah..Allah…Allah…Allah…Allah…Allah.”ÿ
Aku tak lagi mendengar suaranya. Aku memeluk tubuh Nila. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. gadis periangku telah pergi untuk selama-lamanya. Nila sudah tidak menderita lagi, tidak merasa kesakitan lagi. Nilaku saying telah kembali kepada Allah dengan tenang. ** Cerita ini hanyalah salah satu fragmen dari kisah-kisah nyata nan menggetarkan hati yang bisa Anda baca di buku ini. Dengan amat memikat, Oki Setiana Dewi kembali menuliskan catatan-catatannya tentang cinta dan perpisahan, tentang hati dan perasaan, tentang seseorang dan belahan jiwanya. Melalui buku ini, kita diingatkan lagi bahwa ada saatnya kita memang harus berpisah dengan orang-orang yang kita cintai menyentuh dan menyayat kalbu.
[Mizan, Mizania, Novel, Indonesia]