Dengan menggunakan pena tunggalku, kutulis banyak hal di catatan itu. Tentang Ayah dan Ibu, teman-teman, hari-hari yang kujalani, juga harapan dan impianku. Aku bukan seorang pengingat yang baik, dalam arti aku tidak memiliki daya ingat yang luar biasa sehingga mampu menyimpan sedemikian banyak ingatan tentang berbagai hal di dalam kepalaku. Namun, aku juga tidak ingin meninggalkan begitu saja segala hal yang telah kujalani. Maka, kupikir membuat catatan harian semacam itu adalah sesuatu yang tepat. Catatan itu bisa membantuku menyusuri kembali masa silam. Dengan membaca ulang catatan itu, hari-hari yang telah lewat dan terlupa dari ingatan seakan-akan bisa dihadirkan dan disusuri kembali. Bukankah menarik menyusuri kembali perjalanan masa silam hanya dengan sebuah buku? Sebuah buku yang seakan menjelma sebagai mesin waktu dan membawa pembacanya mengembara pada sebuah kehidupan yang telah lewat dan tak terulang kembali.
Maka, kubuat catatanku dengan tekun. Kutulis di sana apa pun yang tersimpan dalam benakku, termasuk kesedihan, keputusasaan, kemarahan, sekaligus kebahagiaanku. Semuanya!