(Balada Si Roy #1–10)
Pernahkah kamu membayangkan seorang remaja tampan dengan jins lusuh menyandang ransel melompat ke bak truk, kucing-kucingan dengan kondektur kereta api, naik-turun gunung, menyeruak di keramaian kota, atau melintas di depan kamu?
Remaja tampan itu adalah Roy — si avonturir bandel. Setelah Joe, anjing herdernya mati tenggelam, Roy seperti kehilangan arah. Joe adalah pengganti papanya yang telah tiada. Ia jadi gelisah. Ia ingin pergi jauh. Meninggalkan Mama dan Venus, gadis yang berhasil mengusik mimpi-mimpinya. Dia lalu jadi akrab dengan jalanan. Dia merasa petualangan bisa menenteramkan dan meredam kegelisahan, kemarahan, keputusasaan, dan kesedihannya. Joe memang sudah mengubah segalanya.
“Dengan matinya Joe, tidak berarti dunia sudah berakhir, Roy,” cegah mamanya. Tapi Roy tetap ingin pergi. Apa yang sebenarnya kamu cari, Roy?
Balada Si Roy adalah karya klasik Gola Gong, yang ia tulis sejah masih di bangku SMA. Kisah-kisah perjalanan Gola Gong mengelilingi Indonesia (1987) dan Asia (1991–1992), tersimpan rapi dalam puluhan buku catatan hariannya. Dari sanalah Balada Si Roy lahir. Buku yang sedang kamu pegang ini merupakan seri pertama dari tetralogi Balada Si Roy.