Pada senja hari Sriti sering termangu-mangu di luar desa Bojongbata. Dia asyik memandangi kebun tebu yang tengah berbunga. Delapan tahun yang lalu, Haromain (Haro) hilang di kebun tebu itu ketika Sriti memintanya mencari bunga tebu sebagai bahan membuat prakarya di sekolahnya. Sriti benar-benar merasa bersalah. Dia merasa dirinyalah yang menyebabkan Haro menghilang. Hilangnya Haromain ini oleh penduduk desa dianggap karena diculik oleh kalongwewe. Usaha pencarian pun dilakukan dengan memukul segala macam tetabuhan, tetapi semuanya sia-sia.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan, bahkan tahun pun telah berganti, tetapi Haro tidak juga ditemukan. Ke manakah sebenarnya Haro? Benarkah Haro diculik oleh kalongwewe? Delapan tahun telah berlalu, tetapi tak ada tanda-tanda Haro masih hidup atau sudah meninggal. Selama itu pula Sriti tetap menunggu Haro kembali, sampai-sampai dia tak mau menikah dengan siapa pun. Yang ada di benak Sriti hanya Haro dan Sriti baru mau menikah jika telah ada mayat penduduk yang bernama Haromain.
Selama hilangnya Haro, berbagai peristiwa terjadi di Bojongbata. Bentrokan antara TNI dan gerombolan DI/TII kerap terjadi. Begitulah haru biru kehidupan di desa Bojongbata pascakemerdekaan. Lalu apakah Haro masih hidup? Bagaimanakah sebenarnya yang terjadi dengan Haro? Akankah Haro kembali pulang ke desa Bojongbata dan bertemu kembali dengan Sriti?