Calon Arang, Kisah Perempuan Korban Patriarki.
Dalam karya ini, suara pengarangnya tetap seperti dahulu: meng¬ajak bercengkerama, terkadang mengajak tersenyum, tetapi selalu mengajak berpikir.
Calon Arang, the Story of a Woman Sacrificed to Patriarcy.
Her distinctive writer’s voice still recognizable, she talks to her readers, sometimes making them smile, but always making them think.
Keith Foulcher
Australian National University, Sydney
…pembaca boleh penasaran untuk mengikuti, bagaimana prosa lirik ini akan ditulis oleh seorang penyair, yang mencoba memahami manusia semenjak tubuhnya, sampai tingkat sarjana muda kedokteran; lantas jiwanya, sampai lulus sarjana psikologi; diteruskan dengan refleksi radikal melalui filsafat, sampai tingkat doktor yang telah dikukuhkan sebagai guru besar; namun mengaku baru mengenalnya secara utuh dalam ekspresi puisi.
…readers are invited to the suspense of how this lyrical prose will be unfolding as written by a poet who has tried to comprehend humans from the viewpoint of physicality through her studying medicine until the bachelor degree, then in terms of psyche through her study in psychology till she graduated, to be furthered with radical reflections through philosophy for which she got her doctorate and professorate, but admits that it is in the expression of poetry does she only know the human being as wholeness.
Seno Gumira Ajidarma
Sejak Sajak-sajak 33 (1967) sampai Unta (2005), Toeti terus-menerus menyibakkan pengalaman perempuan dalam relasi-relasi patriarchal. Dia menyajikan symbol-simbol yang menguakkan berbagai matra pengalaman perempuan yang lama terkubur sebagai amarah.
From Sajak-sajak 33 (1967) to Unta (2005), Toeti continues unveiling women’s experience under patriarchal relations. She presents symbols that unveil dimensions of female experience long buried as anger.