Mimpiku untuk jadi dokter harus kandas setelah dua kali tidak lulus ujian masuk fakultas kedokteran. Mimpi hidup enak di Jakarta, kenyataannya harus rela kerja serabutan dan hidup menumpang orang. Mimpi tentang gadis itu, harus puas dengan bertepuk sebelah tangan. Jalan impian di depanku sepertinya memang tidak lurus. Selalu ada saja tikungan. Dan, melenceng dari apa yang kita impikan mungkin tidak terlalu buruk? Di tengah kesulitanku, tikungan jalan itu mulai terlihat. Sosok itu menggiringku pada apa yang kuraih hari ini. Mengenalkanku pada dunia baru. Pertemuan itu, senyum anak-anak itu mengubah jalan hidupku ….
[Mizan, Bentang Pustaka, Belia, Novel, Remaja, Indonesia]