HiroKau datang dari kegelapan. Dewi bergaun putih pemegang kunci jiwa dan hatiku. Lalu, kau pergi. Aku hanya bisa menunggumu. Di mejacafe ini, berteman secangkir espresso dan coretan-coretan tanganku yang mengisahkan tentang mimpi-mimpi kita yang tertunda. Dan ketika muncul seorang perempuan bermata bintang, haruskah aku tetap menunggu?LanaPejamkan matamu! Jangan lihat, jangan bicara! Aku bukan dewi yang kau puja dulu. Percuma kau termangu, aku tak lagi pantas untukmu. Tak lagi pantas untuk mimpi-mimpi indah yang selama ini kau coretkan dengan pensilmu. Berdiri dan melangkahlah dari meja penantianmu. Aku tak pantas untukmu.Izinkan kujumput sebisaku sebait kenangan tentangmu.Yang pernah memenuhiku dengan rindu dan pilu. [Mizan, Qanita, Romansa, Remaja, Indonesia]