Kucing adalah metafora yang saya gunakan dalam buku Cracking Zone untuk menggambarkan kantorkantor yang bergerak lambat atau setengah lambat, seperti petugas di kantorkantor kelurahan atau kecamatan. Toiletnya kumuh dan tempat parkirnya semrawut menandakan tidak ada pemimpin yang peduli pada pelayanan. Seragamseragam petugasnya lusuh. Ikat pinggang satpam kedodoran pertanda kurang diberi makan. Resepsionis bekerja malas tanda tidak ada supervisi. Pukul 17.00 sebagian besar pegawainya gelisah ingin pulang, tidak ada leadership. Politisi dibiarkan menekan dan banyak dapat bisnis pertanda ambisi perorangan dan rasa takut.