A.A. Navis

Rubuhnya Surau Kami

Notify me when the book’s added
To read this book, upload an EPUB or FB2 file to Bookmate. How do I upload a book?
  • Hhas quoted5 years ago
    Pada umumnya oleh orang tua-tua itu kami diberi wejangan yang tak pernah pendek-pendek, selalu panjang berjela-jela sampai pantat kami gelisah, bukan karena penat saja, tapi juga karena digigit kepinding, sejenis kutu busuk yang dikatakan bangsat oleh orang Jakarta. Bukan main dongkolnya kami. Lebih-lebih saya yang memang pendongkol nomor satu di antara teman-teman. Betapa tidak. Sudah menunggu begitu lama, lalu diberi wejangan panjang-panjang yang sering tidak ada sangkut-pautnya dengan umsan kami, lalu digigit kepinding pula. Sungguh jahanam bangsat itu.
  • Hhas quoted5 years ago
    Waktu saya muda dulu, sekitar usia dua puluh tahun, saya sering dongkol pada orang tua-tua. Bayangkanlah, setiap apa pun yang akan kami lakukan selalu kena tuntut agar minta nasihat dulu, minta restu dulu ada orang tua-tua. Memang tidak ada paksaan.
    Tapi selalu saja ada pesan-pesan agar sebelum kami mulai melaksanakan kegiatan kami, sebaiknya kami berbicara dengan Bapak Anu, Bapak Polan, Bapak Tahu, atau pada bapak sekalian bapak.
  • Hhas quoted5 years ago
    Tapi sekali pernah juga aku berpikir-pikir, bahwa hidup seperti itu tidaklah akan selamanya berlangsung. Suatu masa kelak akan berakhir juga. Dan kalau perang sudah selesai, aku ingin bersekolah lagi. Sekolah apa? aku tak tahu. Yang aku tahu Cuma, tambah banyak ilmu, tambah banyak yang dapat diperbuat. Ya, itulah semua."
  • Hhas quoted5 years ago
    "Kau punya istri sekarang, anak juga. Kau berbahagia tentu."
    "Aku sendiri sedang bertanya."
    "Tentu. Karena tiap orang tak tahu kebahagiaannya. Orang cuma tahu kesukarannya saja."
  • Hhas quoted5 years ago
    Mula-mula si anak di namainya Edward. Tapi karena raja Inggris itu turun takhta karena perempuan, ditukarnya nama Edward jadi Ismail. Sesuai dengan nama kerajaan Mesir yang pertama. Ketika tersiar pula kabar, bahwa ada seorang Ismail terhukum karena maling dan membunuh, Ompi naik pitam. Nama anaknya seolah ikut tercemar.
    Dan ia merasa terhina. Dan pada suatu hari yang terpilih menurut kepercayaan orang tua-tua, yakin ketika bulan sedang mengambang naik, Ompi mengadakan kenduri.
    Maka jadilah Ismail menjadi Indra Budiman. Namun si anak ketagihan dengan nama yang dicarinya sendiri, Eddy.
    Ompi jadi jengkel. Tapi karena sayang sama anak, ia terima juga nama itu, asal di tambah di belakangnya dengan Indra Budiman itu. Tak beralih lagi. Namun dalam hati Ompi masih mengangankan suatu tambahan nama lagi di muka nama anaknya yang sekarang. Calon dari nama tambahan itu banyak sekali. Dan salah satunya harus dicapai tanpa peduli kekayaan akan punah. Tapi itu tak dapat dicapai dengan kenduri saja. Masa dan keadaanlah yang menentukan. Ompi yakin, masa itu pasti akan datang.
    Dan ia menunggu dnegan hati yang disabar-sabarkan. Pada suatu hari yang gilang gemilang, angan-angannya pasti menjadi kenyataan. Dia yakin itu, bahwa Indra Budimannya akan mendapat nama tambahan dokter di muka namanya sekarang. Atau salah satu titel yang mentereng lainnya. Ketika Ompi mulai mengangankan nama tambahan itu, diambilnya kertas dan potlot. Di tulisnya nama anaknya, dr. Indra Budiman. Dan Ompi merasa bahagia sekali. Ia yakinkan kepada para tetangganya akan cita-citanya yang pasti tercapai itu.
  • Sevilen Sevilenhas quoted7 years ago
    cepat mengambil tiap-tiap yang dikasihi seseorang. Ah, aku tak mengerti, kenapa semua orang yang berbudi baik, terlalu lekas meninggalkan manusia yang mengasihinya. Aku tak mengerti, kenapa mesti begitu. Ataukah dunia ini hanya boleh ditempati orang-orang yang tak baik saja? Ah, maka itu dunia ini tak mungkin jadi surga gerangan?"
  • Siti Nurlaela Hasanahhas quoted8 years ago
    Menurutnya, buat apa menanyakan kebahagiaan orang. Lebih afdol menanyakan kesulitan hidup orang sebagai tanda prihatin.
  • Siti Nurlaela Hasanahhas quoted8 years ago
    Karena dia menghayati benar makna tulisan H. Agus Salim dalam buku "Takdir, Iman dan Tawakal."
  • Jaka Santanahas quoted8 years ago
    "Lima tahun jadi gubernur, sesungguhnya tidak cukup waktu untuk merobah tradisi yang usang. Akan tetapi menjadi gubernur lebih lama, akulah yang akan menjadi usang.
  • Jaka Santanahas quoted8 years ago
    Bagaimana musuh bisa ditaklukkan dan menerima Islam apabila pasukan Nabi sama ganas dengan tentera jahiliah.
fb2epub
Drag & drop your files (not more than 5 at once)