Marilah, kita mendengar jawaban darinya, saat ia terbaring menjelang kematiannya. Ruhnya yang agung tengah bersiap menuju ke haribaan Tuhannya yang Mahaluhur lagi Pengasih. Sa‘ad ibn Abi Waqqash datang menjenguknya, lalu Salman pun menangis, “Apa yang membuatmu menangis, Wahai Abu ‘Abdullah? Padahal tidaklah Rasulullah Saw. wafat, kecuali beliau ridha terhadapmu?” tanya Sa‘ad.
“Demi Allah, aku tidak menangis karena takut akan mati, atau tamak akan dunia. Namun, Rasulullah Saw. mengikat sebuah janji dengan kita. Beliau bersabda, ‘Hendaknya kalian mengambil dunia ini dengan kadar bekalnya seorang musafir.’ Sementara aku, lihatlah, begitu banyak perbekalan ini.” jawab Salman.
Sa‘ad pun membalas dengan menyatakan, “Aku melihat sekeliling Salman dan tidak menemukan apa pun, kecuali sebuah mangkuk dan baskom. Lalu, aku berkata kepadanya, ‘Wahai Abu ‘Abdullah, berikanlah kami sebuah pesan yang akan selalu kami kenang darimu!’” “Wahai Sa‘ad, ingatlah Allah dalam penderitaanmu, dalam keputusanmu saat kau menghukumi, dan dalam tanganmu saat kau membagi.”26
Jiwa Salman merasa kaya. Kekayaan hartanya membuatnya berpaling dari dunia. Ia tak mencari jabatan maupun popularitas dalam hidupnya. Semua itu adalah pesan Rasul untuknya, juga bagi sahabat lainnya supaya jangan sampai dunia menguasai kalian, dan janganlah kalian mengambil bagian dari dunia, kecuali seperti bagiannya seorang musafir dalam perjalanan.