Dia mengulurkan lengannya dan memberiku pelukan. Kusadari, sedikit malu-malu, bahwa aku sesungguhnya tak pernah memeluk ayahku sebelumnya. Dia hangat—seperti manusia biasa—dan baunya seperti pantai bergaram dan udara laut segar.
Saat dia menarik diri, dia tersenyum ramah kepadaku. Aku merasa senang sekali, kuakui mataku berkaca-kaca sedikit. Kurasa sampai saat itu aku tidak membiarkan diriku menyadari betapa takutnya aku selama beberapa hari terakhir.