Bandi menatap anak itu penuh tanya. Seperti kemarin-kemarin, sudah tugasnyalah mengantar anak-anak dari keluarga miskin untuk bekerja di jermal, sebuah tempat penjaringan ikan di tengah laut. Namun, anak ini berbeda dengan lainnya. Tubuhnya lemah, tak pantas untuk sebuah pekerjaan yang membutuhkan kekuatan otot dan keberanian, jika bukan kenekatan. Sepertinya, anak itu tak tahu apa yang bakal dihadapinya di sana. Namun, Bandi keliru jika memandangnya remeh. Dalam tubuh kurus kecil itu terseimpan sebongkah besar harapan. Jaya hanya ingin bertemu bapak, satu-satunya keluarga yang tersisa, yang tak pernah sekali pun ia lihat. Kini tekadnya telah bulat. Ia harus menemuinya, seperti pesan ibunya yang kini telah tiada. Dalam perjalanan menuju gubug di tengah lautan yang ditopang oleh balok dan papan kayu di tengah lautan, Jaya mulai menyadari risiko yang mengancam: kekerasan, pelecehan, dan yang terburuk, kehilangan nyawa! Namun, harapan untuk bertemu bapak begitu besar hingga mengalahkan ketakutannya. Memang inilah satu-satunya jalan yang harus ia tempuh. Dan, kapal terus melaju, membawa Jaya pada sebuah episode kehidupan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. [Mizan, Bentang, Novel Dewasa, Inspirasi, Motivasi, Indonesia]