Bagi setiap muslim, cinta kepada Allah (mahabbatullah) adalah suatu hal yang mutlak. Demikian juga halnya kecintaan kepada Rasul-Nya, Muhammad SAW. Kecintaan kepada Allah dan Rasulullah SAW harus lebih tinggi daripada kecintaan terhadap yang lainnya, termasuk terhadap keluarga dan diri sendiri. Hal itu ditegaskan oleh Rasulullah dalam sabdanya, “Tiga perkara, apabila ketiga perkara itu ada pada diri seseorang, maka ia akan mendapatkan manisnya iman, apabila Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh dirinya dan tidak ada selain dari keduanya yang paling dicintai, dan tidaklah ia mencintai seseorang kecuali cinta karena Allah, dan ia membenci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke dalam api.” (Shahih Al-Bukhari no 16, 21, 6401 dan 6941 dan Shahih Muslim no 67, dan 68, HR. Tirmidzi no 2624, dan HR, Nasa'i no 4991 dan 4992).
Seperti dalam sebuah peribahasa, Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, agar kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya itu dapat terlaksana, maka setiap muslim haruslah mengenal Allah dan Rasul-Nya. Mencintai Allah dilakukan dengan cara meneladani apa yang telah dilakukan Rasulullah SAW