Pada suatu waktu, panah asmara telah menjadikan duainsan terpautdalam satu kisah. Sayang, bukan restu atau perbedaan status bak dongeng-dongeng cinta yang memisahkan keduanya. Melainkan jarak yang membuat mereka tak bisa leluasa bersua kapan saja.
Sejak itu semua terasa pedih, rindu dendam, galau, cemburu buta saat ia tiada hadir. Hanya sayup-sayup sapa dan kabar dari dari seberang yang bisa menawar duka hati.
Saat rindu sudah meletup, laut dan gunung pun tak akanmenyiutkan nyali. Meski uang tinggal sepeser, hidup seadanya, apa pun akan dijalani demi pertemuan—sesingkat apa pun menjadi begitu berharga.
Tumpukan tiket akan menjadi saksi bisu perjuangan itu. Stasiun cinta pun akan bercerita tentang dua hati yang akhirnya bersua. Demi apa? “Tentu, demi cinta,” begitu ujar seorang distancer.