Entah kenapa, kejadian sembilan tahun silam itu terus teringat di kepalaku. Kamu, kepolosanmu, dan gula kapas di tanganmu. Seakan ini sudah diatur, kebetulan yang telah ditakdirkan. aku bertemu lagi denganmu, dengan segala perubahan. Kita sama sekali berbeda, tak lagi seperti dulu yang lucu dan lugu. Perpisahan meninggalkan kenangan… lalu, sebuah pertemuan yang manis, menyenangkan, tapi singkat. Sama seperti potongan gula kapas yang meleleh dalam mulut. [Bentang Belia, Novel, Remaja, Indonesia]