Prekuel dari trilogi Dear Nathan.
Hal terberat dari kehilangan bukanlah perasaan ditinggalkan, melainkan berusaha menjalani kehidupan dengan sisa kenangan yang masih tersimpan di ingatan.
Seandainya Nathan tahu waktu memang sesingkat itu, dia akan membuat lebih banyak kenangan dengan Daniel. Nathan tidak akan marah jika hanya segelas susu cokelat yang terhidang di atas meja makan. Dia tidak akan kesal jika Daniel mengganti acara televisi dengan tayangan kuis interaktif. Dia akan memilih mengalah membiarkan Daniel berada di posisi paling utama untuk menyambut kepulangan Papa dari kantor.
Dia akan membiarkan Daniel meminjam seluruh kaus distro kesayangannya, bahkan tanpa harus meminta izin. Dia akan mengalah kalau Daniel mengambil kulit ayamnya yang sengaja disisakan untuk dimakan terakhir. Dia juga rela mendengar teriakan Daniel mengganggu tidur siangnya, karena kini dia tidak bisa melakukan itu lagi.
Daniel pergi meninggalkan kamarnya yang rapi. Handuk yang masih di jemuran. Tuts piano yang tidak pernah lagi berbunyi. Kolor biru yang setia tergantung di belakang piano, menunggu diambil oleh sang empunya.